VARIABEL PENELITIAN
A. PENDAHULUAN
Dalam sebuah kegiatan
penelitian pasti memusatkan perhatiannya pada beberapa fenomena atau gejala
utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan. Fenomena tersebut merupakan
konsep mengenai atribut atau sifat yang terdapat pada subjek penelitian yang
dapat bervariasi secara kuantitatif ataupun kualitatif. Konsep inilah yang
disebut dengan variabel.[1]
Ketika ada pertanyaan
tentang apa yang kita teliti, maka jawabannya berkenaan dengan variabel
penelitian. Jadi variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Secara teoritis
variabel penelitian juga dapat diartikan sebagai suatu atribut atau sifat nilai
dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.[2]
Variabel ini menjadi
sangat penting karena tidak mungkin peneliti melakukan penelitian tanpa adanya
variabel. Namun terkadang banyak hal juga yang menyebabkan kita lupa mengenai
apa dan seperti apa variabel serta apa saja jenis variabel dalam penelitian
itu. Banyak hal yang menjadi pertanyaan dan itulah sebabnya mengupas dengan
benar variabel akan menjadi suatu hal yang sangat penting.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian
Variabel
Sebagian besar para
ahli mendefinisikan variabel penelitian sebagai kondisi-kondisi yang oleh
peneliti dimanipulasikan, dikontrol, atau diobservasikan dalam suatu
penelitian. Selain itu, beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa variabel
penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian.
Dari dua pengertian tersebut, dapat dijelaskan bahwa variabel penelitian
meliputi faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti.
Variabel penelitian
ditentukan oleh landasan teoritisnya dan kejelasannya ditegaskan oleh hipotesis
penelitian. Oleh karena itu, apabila landasan teoritis suatu penelitian
berbeda, akan berbeda pula variabelnya.
Variabel-variabel
yang ingin digunakan perlu ditetapkan, diidentifikasi, dan diklasifikasikan.
Jumlah variabel yang digunakan bergantung pada luas serta sempitnya panelitian
yang akan digunakan
Dalam ilmu-ilmu
eksakta, variabel-variabel yang digunakan umumnya mudah diketahui karena dapat
dilihat dan divisualisasikan. Tetapi, variabel-variabe dalam ilmu sosial,
sifanya lebih abstrak sehingga sukar dijamah secara realita. Variabel-variabel
ilmu sosial berasal dari suatu konsep yang perlu diperjelas dan diubah
bentuknya sehingga dapat diukur dan dipergunakan secara operasional.
Variabel penelitian
pada dasarnya adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. [3]
2. Jenis-Jenis Variabel
a.
Variabel Independen atau variabel bebas, adalah kondisi-kondisi atau karakteristik yang oleh
peneliti dimanipulasikan dalam rangka untuk menerangkan hubungan-hubungan
dengan fenomena yang diobservasi. Menurut fungsinya variabel ini mempengaruhi
variabel lain, jadi secara bebas berpengaruh dalam variabel lain.
b.
Variabel Dependen atau variabel tidak bebas (terikat) adalah kondisi atau karakteristik yang
berubah atau muncul ketika penelitian mengintroduksi, pengubah atau pengganti
variabel bebas. Menurut fungsinya variabel ini dipengaruhi oleh variabel lain.
Motivasi Belajar
(Variabel
Independen)
|
Prestasi Belajar
(Variabel
Dependen)
|
Contoh hubungan variabel
independen-dependen
c.
Variabel Moderator, adalah variabel yang mempengaruhi, memperkuat dan memperlemah hubungan
antara variabel independen dengan dependen. Variabel tersebut juga sebagai
variabel independen ke dua.
Contoh hubungan
variabel independen-moderator-dependen.
Motivasi Kerja
(Variabel
Independen)
|
Produktivitas Kerja
(Variabel
Dependen)
|
Kepemimpinan
(Variabel
Moderator)
|
d.
Variabel intervening, Yaitu variabel yang berfungsi menghubungkan variabel satu dengan variabel
lain. Hubungan itu dapat menyangkut sebab akibat ataupun pengaruh atau
terpengaruh. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak di
antara variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak
langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.
Contoh hubungan
variabel independen-moderator-intervening-dependen
Penghasilan
(Variabel
Independen)
|
Gaya Hidup
(Variabel
Intervening)
|
Harapan Hidup
(Variabel
Dependen)
|
Budaya Lingkungan Tempat
Tinggal
(Variabel
Moderator)
|
e.
Variabel kontrol adalah variabel yang membatasi atau mewarnai variabel moderator. Variabel
ini berfungsi sebagai kontrol terhadap variabel lain terutama yang berkaitan
dengan variabel moderator dan bebas, ia juga berpengaruh terhadap variabel
tergantung.
Contoh hubungan variabel
independen-kontrol-dependen
Pendidikan SMA & SMK
(Variabel
Independen)
|
Keterampilan Mengetik
(Variabel
Dependen)
|
Naskah, tempat, mesin tik
sama
(Variabel
Kontrol)
|
3. Pengukuran Variabel
Pengukuran Variabel
Penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4 Skala Pengukuran, yaitu:
a. Skala Nominal
Adalah Suatu himpunan
yang terdiri dari anggota–anggota yang mempunyai kesamaan tiap anggotanya, dan
memiliki perbedaan dari anggota himpunan yang lain.
Misalnya :
Jenis Kelamin : dibedakan antara laki – laki dan perempuan
Pekerjaan : dapat dibedakan petani, pegawai, pedagang
Golongan Darah : dibedakan atas Gol. 0, A, B, AB
Ras : dapat dibedakan atas Mongoloid, Kaukasoid, Negroid.
Suku Bangsa : dpt dibedakan dalam suku Jawa, Sunda, Batak dsb.
Skala Nominal,
Variasinya tidak menunjukkan Perurutan atau Kesinambungan, tiap variasi berdiri
sendiri secara terpisah.
Dalam Skala Nominal
tidak dapat dipastikan apakah kategori satu mempunyai derajat yang lebih tinggi
atau lebih rendah dari kategori yang lain ataukah kategori itu lebih baik atau
lebih buruk dari kategori yang lain.
b. Skala Ordinal
Skala Ordinal Adalah
skala variabel yang menunjukkan tingkatan–tingkatan.
Skala Ordinal Adalah
Himpunan yang beranggotakan menurut rangking, urutan, pangkat atau jabatan.
Skala Ordinal adalah
Kategori yang dapat diurutkan atau diberi peringkat.
Skala Ordinal adalah
Skala Data Kontinum yang batas satu variasi nilai ke variasi nilai yang lain
tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan hanyalah nilai tersebut lebih
tinggi, sama atau lebih rendah daripada nilai yang lain.
Contoh :
Tingkat Pendidikan : dikategorikan SD, SMP, SMA, PT
Pendapatan : Tinggi, Sedang, Rendah
Sikap (yang diukur dengan Skala Linkert) : Setuju, Ragu
– ragu, Tidak Setuju.
c. Skala Interval
Skala Interval Adalah
Skala Data Kontinum yang batas variasi nilai satu dengan yang lain jelas,
sehingga jarak atau intervalnya dapat dibandingkan.
Dikatakan Skala
Interval bila jarak atau perbedaan antara nilai pengamatan satu dengan nilai
pengamatan lainnya dapat diketahui secara pasti.
Nilai variasi pada
Skala Interval juga dapat dibandingkan seperti halnya pada skala ordinal (Lebih
Besar, Sama, Lebih Kecil, dsb), tetapi Nilai Mutlaknya Tidak Dapat Dibandingkan
secara Matematis, oleh karena itu batas – batas Variasi Nilai pada Skala
Interval bersifat ARBITRER (ANGKA NOL-nya TIDAK Absolut).
Contoh :
Temperature / Suhu Tubuh : sebagai skala interval, suhu
360 Celcius jelas lebih panas daripada suhu 240 Celcius. Tetapi tidak bisa
dikatakan bahwa suhu 360 Celcius 1½ kali lebih panas daripada suhu 240 Celcius.
Alasannya : Penentuan skala 00 Celcius Tidak Absolut (=00Celcius tidak berarti
Tidak Ada Suhu / Temperatur sama sekali).
Tingkat Kecerdasan,
Jarak, dsb.
d. Skala Rasio = Skala Perbandingan
Skala Ratio Adalah
Skala yang disamping batas intervalnya jelas, juga variasi nilainya memunyai
batas yang tegas dan mutlak ( mempunyai nilai NOL ABSOLUT ).
Misalnya :
Tinggi Badan : sebagai Skala ratio, tinggi badan
180 Cm dapat dikatakan mempunyai selisih 60 Cm terhadap tinggi badan 120 Cm,
hal ini juga dapat dikatakan bahwa : tinggi badan 180 adalah 1½ kali dari
tinggi badan 120 Cm.
Denyut Nadi : nilai 0 dalam denyut nadi dapat dikatakan
tidak ada sama sekali denyut nadinya.
Berat Badan
Dosis Obat, dsb
Dari uraian di atas
jelas bahwa Skala Ratio, Interval, Ordinal dan Nominal berturut – turut
memiliki nilai kuantitatif dari yang paling rinci ke yang kurang rinci. Skala
ratio mempunyai sifat – sifat yang dimiliki skala interval, ordinal dan
nominal. Skala interval memiliki ciri – ciri yang dimiliki skala ordinal dan
nominal, sedangkan skala ordinal memiliki sifat yang dimiliki skala nominal.
Adanya
perbedaan tingkat pengukuran memungkinkan terjadinya transformasi skala ratio
dan interval menjadi ordinal atau nominal. Transformasi ini dikenal sebagai
Data Reduction atau Data Collapsing. Hal ini dimaksudkan agar dapat menerapkan
metode statistic tertentu, terutama yang menghendaki skala data dalam bentuk
ordinal atau nominal.
Sebaliknya, skala
ordinal dan nominal tidak dapat diubah menjadi interval atau ratio. Skala
nominal yang diberi label 0,1 atau 2 dikenal sebagai Dummy Variabel (Variabel
Rekayasa). Misalnya : Pemberian label 1 untuk laki – laki dan 2 untuk perempuan
tidak mempunyai arti kuantitatif (tidak mempunyai nilai / hanya kode). Dengan
demikian, perempuan tidak dapat dikatakan 1 lebih banyak dari laki – laki. Pemberian
label tersebut dimaksudkan untuk mengubah kategori huruf (Alfabet) menjadi
kategori Angka (Numerik), sehingga memudahkan analisis data. (Cara ini dijumpai
dalam Uji Q Cochran pada Pengujian Hipotesis).
4. Korelasi antar Variabel
Korelasi antar Variabel, ada 3
yaitu :
a. Korelasi Simetris
Korelasi Simetris
terjadi bila antar dua variabel terdapat hubungan, tetapi tidak ada mekanisme
pengaruh – mempengaruhi ; masing – masing bersifat mandiri.
Korelasi Simetris terjadi karena :
Kebetulan.
Misalnya : Kenaikan gaji
dosen dengan turunnya hujan deras.
Sama – sama merupakan akibat dari faktor yang
sama (Sebagai akibat dari Variabel Bebas)
Contoh : Hubungan antara berat
badan dan tinggi badan. Keduanya merupakan variabel terikat dari variabel bebas
yaitu “Pertumbuhan”.
Sama – sama sebagai Indikator dari suatu konsep
yang sama.
Misalnya : Hubungan antara
kekuatan kontraksi otot dengan ketahanan kontraksi otot ; Keduanya merupakan
indikator “Kemampuan” Kontraksi Otot.
b. Korelasi Asimatris
Korelasi Asimatris
ialah Korelasi antara dua variabel dimana variabel yang satu bersifat
mempengaruhi variabel yang lain ( Variabel Bebas dan Variabel Terikat )
Contoh : Tingginya kadar
lipoprotein dalam darah akan mengakibatkan arterosklerosis.
c. Korelasi
Timbal Balik
Adalah Korelasi antar
dua variabel yang antar keduanya saling pengaruh – mempengaruhi.
Contoh :
Korelasi antara Malnutrisi dan
Malabsorbsi.
Malabsorbsi akan mengakibatkan
Malnutrisi, sedangkan Malnutrisi mengakibatkan atrofi selaput lendir usus yang
akhirnya menyebabkan malabsorbsi.
5. Paradigma
Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang
menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan
perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga
menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian
sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian.
Secara umum,
paradigma penelitian diklasifikasikan dalam 2 kelompok yaitu penelitian
kuantitatif dan penelitian kualitatif (Indiantoro & Supomo, 1999: 12-13).
Masing-masing paradigma atau pendekatan ini mempunyai kelebihan dan juga
kelemahan, sehingga untuk menentukan pendekatan atau paradigma yang akan
digunakan dalam melakukan penelitian tergantung pada beberapa hal di antaranya:
(1) jika ingin melakukan suatu
penelitian yang lebih rinci yang menekankan pada aspek detail yang kritis dan
menggunakan cara studi kasus, maka pendekatan yang sebaiknya dipakai adalah
paradigma kualitatif. Jika penelitian yang dilakukan untuk mendapat kesimpulan
umum dan hasil penelitian didasarkan pada pengujian secara empiris, maka
sebaiknya digunakan paradigma kuantitatif, dan
(2) jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang penerapannya
luas dengan obyek penelitian yang banyak, maka paradigma kuantitaif yang lebih
tepat, dan jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang mendalam dan detail
khusus untuk satu obyek penelitian saja, maka pendekatan naturalis lebih baik
digunakan. Hasil penelitian akan memberi kontribusi yang lebih besar jika
peneliti dapat menggabungkan kedua paradigma atau pendekatan tersebut.
Penggabungan
paradigma tersebut dikenal istilah triangulation. Penggabungan kedua
pendekatan ini diharapkan dapat memberi nilai tambah atau sinergi tersendiri
karena pada hakikatnya kedua paradigma mempunyai keunggulan-keunggulan.
Dalam penelitian
kuantitatif/positivistic, yang dilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu gejala
itu dapat diklasifikasikan, den hubungan gejala bersifat kausal (sebab akibat),
maka peneliti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan kepada beberapa variabel
saja.
X
|
Y
|
r
|
a. Paradigma Sederhana
Paradigma sederhana ini terdiri
atas satu variabel independen dan dependen. Hal ini dapat digambarkan seperti:
X: Kualitas Guru
Y: Pretasi Belajar Murid
Berdasarkan paradigm tersebut,
maka dapat ditentukan:
1) Jumlah rumusan masalah
deskriptif ada dua, dan asosiatif ada satu yaitu:
Rumusan masalah deskriptif (dua)
Bagaimana X? (Kualitas guru)
Bagaimana Y? (Prestasi belajar
murid)
Rumusan masalah asosiatif/hubungan (satu)
Bagaimanakah hubungan atau
pengaruh kualitas alat dengan kualitas barang yang dihasilkan.
2) Teori yang digunakan ada dua,
yaitu teori tentang media pendidikan dan prestasi belajar.
3) Hipotesis dirumuskan ada dua macam hipotesis deskriptif dan
hipotesis asosiatif (hipotesis deskriptif sering tidak dirumuskan).
Dua hipotesis deskriptif:
(jarang dirumuskan dalam penelitian)
Kualitas media yang digunakan
oleh lembaga pendidikan tersebut telah mencapai 70% baik
Prestasi belajar siswa lembaga
pendidikan tersebut telah mencapai 99% dari yang diharapkan
Hipotesis asosiatif: Ada hubungan yang positif dan
signifikan antara kualitas media pendidikan ditingkatkan, maka prestasi belajar
murid akan meningkat pada gradasi yang tinggi (kata signifikan hanya digunakan
apabila hasil uji hipotesis akan digeneralisasikan ke populasi di mana sampel
tersebut diambil)
4) Teknik analisis Data
Berdasarkan rumusan masalah dan
hipotesis tersebut, maka dapat dengan mudah ditentukan teknik statistic yang
digunakan untuk analisis data dan menguji hipotesis.
Untuk dua hipotesis deskriptif, bila datanya
berbentuk interval dan ratio, maka pengujian hipotesis menggunakan t-test one
sampel.
Untuk hipotesis asosiatif, bila data ke dua
variabel berbentuk interval atau ratio, maka menggunakan teknik Statistik
Korelasi Product Moment (lihat pedoman umum memilih teknik statistic untuk
pengujian hipotesis).
b. Paradigma Sederhana Berurutan
Dalam paradigma ini
terdapat lebih dari dua variabel, tetapi hubungannya masih sederhana. Lihat
gambar.
X1
|
X2
|
X3
|
Y
|
X1 = kualitas input
X2 = kualitas proses
X3 = kualitas output
Y = kualitas outcome
Paradigma sederhana
menunjukkan hubungan antara satu variabel independen dengan satu variabel
dependen secara berurutan. Untuk mencari hubungan antar variabel (X1 dengan X2;
X2 dengan X3; X3 dengan Y) tersebut digunakan teknik korelasi sederhana. Naik
turun harga Y dapat diprediksi melalui persamaan regresi Y atau X3, dengan
persamaan Y = a + bX3. Berdasarkan contoh 1 tersebut , dapat dihitung jumlah
rumusan masalah, deskriptif dan asosiatif.
c. Paradigma
Ganda dengan Dua Variabel Independen
Dalam paradigm ini
terdapat dua variabel independen dan satu dependen. Dalam paradigma ini
terdapat tiga rumusan masalah deskriptif, dan empat rumusan masalah asosiatif
(tiga korelasi sederhana dan satu korelasi ganda). Perhatikan gambar.
X1
|
X2
|
Y
|
r1
|
R
|
r2
|
r3
|
X1 = Kompetensi Guru;
X2 = Lingkungan sekolah;
Y = Prestasi belajar
murid;
Paradigma ganda
dengan dua variabel independen X1 dan X2, dan satu variabel dependen Y. Untuk
mencari hubungan X1 dangan Y dan X2 dengan Y, menggunakan teknik korelasi
sederhana. Untuk mencari hubungan X1 dengan X2 secara bersama-sama terhadap Y
menggunakan korelasi ganda.
d. Paradigma
Ganda dengan Dua Variabel Dependen
Y1
|
Y2
|
X1
|
r1
|
r2
|
X = tingkat
pendidikan;
Y1 = karir di tempat kerja;
Y2 = disiplin kerja
Paradigma ganda
dengan satu variabel independen dan dua dependen. Untuk mencari besarnya
hubungan antara X dan Y1, dan X dengan Y2 digunakan teknik korelasi sederhana.
Demikian juga untuk Y1 dengan Y2. Analisis regresi juga dapat digunakan di
sini.
C. KESIMPULAN
Variabel penelitian
pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2011).
Berdasarkan hubungannya
variabel dibagi menjadi enam yaitu variabel dependen atau variabel tidak bebas
Variabel Independen atau variabel bebas, variabel intervening, variabel
moderator, variabel control, variabel acak atau random. Sedangkan
korelasi antar Variabel, ada 3 yaitu : korelasi simetris, korelasi asimatris,
korelasi timbal balik dan
Yang tidak kalah
penting dalam bagian ini adalah paradigma penelitian merupakan kerangka
berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta
kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma
penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta
kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian.
Paradigma terdiri
dari paradigma sederhana, paradigma sederhana berurutan, paradigma ganda dengan
dua variabel independen, dan paradigma ganda dengan dua variabel dependen.
Jadi memang bagi
seorang peneliti, variabel sangatlah penting, kerena bagaimanapun
keberhasilan penelitian seseorang ditentukan oleh pemilihan variabel yang tepat
bagi penelitiannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad W. Pratiknya. Dasar-Dasar
Metodologi PenelitianKedokteran dan Kesehatan, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2007.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur
Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 2011.
Saifuddin Azwar, Metode
Penelitian. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010.
Sogiyono. Statistika untuk
Penelitian. Alfabeta, Bandung, 2011.
___________. Metode
Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Alfabeta, Bandung, 2011.
Susan Stainback;
William Stainback; Understanding & Conducting Qualitative Research;
Kendall/Hunt Publishing Company; Dubuque, Iowa; 1988.
Sutrisno Hadi. Metodologi
Research, Jilid 1, 2, UGM, 1986.
_______________, Statistik,
Jilid 2, 3, UGM, 1986.
0 komentar:
Posting Komentar