Jumat, 20 Februari 2015

VARIABEL PENELITIAN



VARIABEL PENELITIAN

Dalam sebuah kegiatan penelitian pasti memusatkan perhatiannya pada beberapa fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan. Fenomena tersebut merupakan konsep mengenai atribut atau sifat yang terdapat pada subjek penelitian yang dapat bervariasi secara kuantitatif ataupun kualitatif. Konsep inilah yang disebut dengan variabel.[1]
Ketika ada pertanyaan tentang apa yang kita teliti, maka jawabannya berkenaan dengan variabel penelitian. Jadi variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Secara teoritis variabel penelitian juga dapat diartikan sebagai suatu atribut atau sifat nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.[2]
Variabel ini menjadi sangat penting karena tidak mungkin peneliti melakukan penelitian tanpa adanya variabel. Namun terkadang banyak hal juga yang menyebabkan kita lupa mengenai apa dan seperti apa variabel  serta apa saja jenis variabel dalam penelitian itu. Banyak hal yang menjadi pertanyaan dan itulah sebabnya mengupas dengan benar variabel akan menjadi suatu hal yang sangat penting.

B.   PEMBAHASAN

1.    Pengertian Variabel
Sebagian besar para ahli mendefinisikan variabel penelitian sebagai kondisi-kondisi yang oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol, atau diobservasikan dalam suatu penelitian. Selain itu, beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian. Dari dua pengertian tersebut, dapat dijelaskan bahwa variabel penelitian meliputi faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti.
Variabel penelitian ditentukan oleh landasan teoritisnya dan kejelasannya ditegaskan oleh hipotesis penelitian. Oleh karena itu, apabila landasan teoritis suatu penelitian berbeda, akan berbeda pula variabelnya.
Variabel-variabel yang ingin digunakan perlu ditetapkan, diidentifikasi, dan diklasifikasikan. Jumlah variabel yang digunakan bergantung pada luas serta sempitnya panelitian yang akan digunakan
Dalam ilmu-ilmu eksakta, variabel-variabel yang digunakan umumnya mudah diketahui karena dapat dilihat dan divisualisasikan. Tetapi, variabel-variabe dalam ilmu sosial, sifanya lebih abstrak sehingga sukar dijamah secara realita. Variabel-variabel ilmu sosial berasal dari suatu konsep yang perlu diperjelas dan diubah bentuknya sehingga dapat diukur dan dipergunakan secara operasional.
Variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. [3]

2.   Jenis-Jenis Variabel
a.         Variabel Independen atau variabel bebas, adalah kondisi-kondisi atau karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasikan dalam rangka untuk menerangkan hubungan-hubungan dengan fenomena yang diobservasi. Menurut fungsinya variabel ini mempengaruhi variabel lain, jadi secara bebas berpengaruh dalam variabel lain.
b.        Variabel Dependen atau variabel tidak bebas (terikat) adalah kondisi atau karakteristik yang berubah atau muncul ketika penelitian mengintroduksi, pengubah atau pengganti variabel bebas. Menurut fungsinya variabel ini dipengaruhi oleh variabel lain.
Motivasi Belajar
(Variabel Independen)
Prestasi Belajar
(Variabel Dependen)
 



       Contoh hubungan variabel independen-dependen
c.         Variabel Moderator, adalah variabel yang mempengaruhi, memperkuat dan memperlemah hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel tersebut juga sebagai variabel independen ke dua.
                     Contoh hubungan variabel independen-moderator-dependen.

Motivasi Kerja
(Variabel Independen)
Produktivitas Kerja
(Variabel Dependen)
Kepemimpinan
(Variabel Moderator)
 







d.        Variabel intervening, Yaitu variabel yang berfungsi menghubungkan variabel satu dengan variabel lain. Hubungan itu dapat menyangkut sebab akibat ataupun pengaruh atau terpengaruh. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak di antara variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.
                     Contoh hubungan variabel independen-moderator-intervening-dependen

Penghasilan
(Variabel Independen)
Gaya Hidup
(Variabel Intervening)
Harapan Hidup
(Variabel Dependen)
Budaya Lingkungan Tempat Tinggal
(Variabel Moderator)
 






e.         Variabel kontrol adalah variabel yang membatasi atau mewarnai variabel moderator. Variabel ini berfungsi sebagai kontrol terhadap variabel lain terutama yang berkaitan dengan variabel moderator dan bebas, ia juga berpengaruh terhadap variabel tergantung.
Contoh hubungan variabel independen-kontrol-dependen
Pendidikan SMA & SMK
(Variabel Independen)
Keterampilan Mengetik
(Variabel Dependen)
Naskah, tempat, mesin tik sama
(Variabel Kontrol)
 







3. Pengukuran Variabel
Pengukuran Variabel Penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4 Skala Pengukuran, yaitu:
a.    Skala Nominal
Adalah Suatu himpunan yang terdiri dari anggota–anggota yang mempunyai kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki perbedaan dari anggota himpunan yang lain.
Misalnya :
  Jenis Kelamin : dibedakan antara laki – laki dan perempuan
  Pekerjaan : dapat dibedakan petani, pegawai, pedagang
  Golongan Darah : dibedakan atas Gol. 0, A, B, AB
  Ras : dapat dibedakan atas Mongoloid, Kaukasoid, Negroid.
  Suku Bangsa : dpt dibedakan dalam suku Jawa, Sunda, Batak dsb.
Skala Nominal, Variasinya tidak menunjukkan Perurutan atau Kesinambungan, tiap variasi berdiri sendiri secara terpisah.
Dalam Skala Nominal tidak dapat dipastikan apakah kategori satu mempunyai derajat yang lebih tinggi atau lebih rendah dari kategori yang lain ataukah kategori itu lebih baik atau lebih buruk dari kategori yang lain.

b.    Skala Ordinal
Skala Ordinal Adalah skala variabel yang menunjukkan tingkatan–tingkatan.
Skala Ordinal Adalah Himpunan yang beranggotakan menurut rangking, urutan, pangkat atau jabatan.
Skala Ordinal adalah Kategori yang dapat diurutkan atau diberi peringkat.
Skala Ordinal adalah Skala Data Kontinum yang batas satu variasi nilai ke variasi nilai yang lain tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan hanyalah nilai tersebut lebih tinggi, sama atau lebih rendah daripada nilai yang lain.
Contoh :
   Tingkat Pendidikan : dikategorikan SD, SMP, SMA, PT
   Pendapatan : Tinggi, Sedang, Rendah
   Sikap (yang diukur dengan Skala Linkert) : Setuju, Ragu – ragu, Tidak Setuju.

c.     Skala Interval
Skala Interval Adalah Skala Data Kontinum yang batas variasi nilai satu dengan yang lain jelas, sehingga jarak atau intervalnya dapat dibandingkan.
Dikatakan Skala Interval bila jarak atau perbedaan antara nilai pengamatan satu dengan nilai pengamatan lainnya dapat diketahui secara pasti.
Nilai variasi pada Skala Interval juga dapat dibandingkan seperti halnya pada skala ordinal (Lebih Besar, Sama, Lebih Kecil, dsb), tetapi Nilai Mutlaknya Tidak Dapat Dibandingkan secara Matematis, oleh karena itu batas – batas Variasi Nilai pada Skala Interval bersifat ARBITRER (ANGKA NOL-nya TIDAK Absolut).
Contoh :
   Temperature / Suhu Tubuh : sebagai skala interval, suhu 360 Celcius jelas lebih panas daripada suhu 240 Celcius. Tetapi tidak bisa dikatakan bahwa suhu 360 Celcius 1½ kali lebih panas daripada suhu 240 Celcius. Alasannya : Penentuan skala 00 Celcius Tidak Absolut (=00Celcius tidak berarti Tidak Ada Suhu / Temperatur sama sekali).
   Tingkat Kecerdasan,
   Jarak, dsb.

d.    Skala Rasio = Skala Perbandingan
Skala Ratio Adalah Skala yang disamping batas intervalnya jelas, juga variasi nilainya memunyai batas yang tegas dan mutlak ( mempunyai nilai NOL ABSOLUT ).
Misalnya :
    Tinggi Badan : sebagai Skala ratio, tinggi badan 180 Cm dapat dikatakan mempunyai selisih 60 Cm terhadap tinggi badan 120 Cm, hal ini juga dapat dikatakan bahwa : tinggi badan 180 adalah 1½ kali dari tinggi badan 120 Cm.
   Denyut Nadi : nilai 0 dalam denyut nadi dapat dikatakan tidak ada sama sekali denyut nadinya.
   Berat Badan
   Dosis Obat, dsb
Dari uraian di atas jelas bahwa Skala Ratio, Interval, Ordinal dan Nominal berturut – turut memiliki nilai kuantitatif dari yang paling rinci ke yang kurang rinci. Skala ratio mempunyai sifat – sifat yang dimiliki skala interval, ordinal dan nominal. Skala interval memiliki ciri – ciri yang dimiliki skala ordinal dan nominal, sedangkan skala ordinal memiliki sifat yang dimiliki skala nominal.
 Adanya perbedaan tingkat pengukuran memungkinkan terjadinya transformasi skala ratio dan interval menjadi ordinal atau nominal. Transformasi ini dikenal sebagai Data Reduction atau Data Collapsing. Hal ini dimaksudkan agar dapat menerapkan metode statistic tertentu, terutama yang menghendaki skala data dalam bentuk ordinal atau nominal.
Sebaliknya, skala ordinal dan nominal tidak dapat diubah menjadi interval atau ratio. Skala nominal yang diberi label 0,1 atau 2 dikenal sebagai Dummy Variabel (Variabel Rekayasa). Misalnya : Pemberian label 1 untuk laki – laki dan 2 untuk perempuan tidak mempunyai arti kuantitatif (tidak mempunyai nilai / hanya kode). Dengan demikian, perempuan tidak dapat dikatakan 1 lebih banyak dari laki – laki. Pemberian label tersebut dimaksudkan untuk mengubah kategori huruf (Alfabet) menjadi kategori Angka (Numerik), sehingga memudahkan analisis data. (Cara ini dijumpai dalam Uji Q Cochran pada Pengujian Hipotesis).

4.  Korelasi antar Variabel
Korelasi antar Variabel, ada 3 yaitu :
a.   Korelasi Simetris
Korelasi Simetris terjadi bila antar dua variabel terdapat hubungan, tetapi tidak ada mekanisme pengaruh – mempengaruhi ; masing – masing bersifat mandiri.
Korelasi Simetris terjadi karena :
    Kebetulan.
Misalnya :  Kenaikan gaji dosen dengan turunnya hujan deras.
    Sama – sama merupakan akibat dari faktor yang sama (Sebagai akibat dari Variabel Bebas)
Contoh : Hubungan antara berat badan dan tinggi badan. Keduanya merupakan variabel terikat dari variabel bebas yaitu “Pertumbuhan”.
    Sama – sama sebagai Indikator dari suatu konsep yang sama.
Misalnya : Hubungan antara kekuatan kontraksi otot dengan ketahanan kontraksi otot ; Keduanya merupakan indikator “Kemampuan” Kontraksi Otot.
b.   Korelasi Asimatris
Korelasi Asimatris ialah Korelasi antara dua variabel dimana variabel yang satu bersifat mempengaruhi variabel yang lain ( Variabel Bebas dan Variabel Terikat )
Contoh : Tingginya kadar lipoprotein dalam darah akan mengakibatkan arterosklerosis.

c.   Korelasi Timbal Balik
Adalah Korelasi antar dua variabel yang antar keduanya saling pengaruh – mempengaruhi.
Contoh :
Korelasi antara Malnutrisi dan Malabsorbsi.
Malabsorbsi akan mengakibatkan Malnutrisi, sedangkan Malnutrisi mengakibatkan atrofi selaput lendir usus yang akhirnya menyebabkan malabsorbsi.

5. Paradigma
Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian.
Secara umum, paradigma penelitian diklasifikasikan dalam 2 kelompok yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif (Indiantoro & Supomo, 1999: 12-13). Masing-masing paradigma atau pendekatan ini mempunyai kelebihan dan juga kelemahan, sehingga untuk menentukan pendekatan atau paradigma yang akan digunakan dalam melakukan penelitian tergantung pada beberapa hal di antaranya:
(1)   jika ingin melakukan suatu penelitian yang lebih rinci yang menekankan pada aspek detail yang kritis dan menggunakan cara studi kasus, maka pendekatan yang sebaiknya dipakai adalah paradigma kualitatif. Jika penelitian yang dilakukan untuk mendapat kesimpulan umum dan hasil penelitian didasarkan pada pengujian secara empiris, maka sebaiknya digunakan paradigma kuantitatif, dan
(2)   jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang penerapannya luas dengan obyek penelitian yang banyak, maka paradigma kuantitaif yang lebih tepat, dan jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang mendalam dan detail khusus untuk satu obyek penelitian saja, maka pendekatan naturalis lebih baik digunakan. Hasil penelitian akan memberi kontribusi yang lebih besar jika peneliti dapat menggabungkan kedua paradigma atau pendekatan tersebut.
 Penggabungan paradigma tersebut dikenal istilah triangulation. Penggabungan kedua pendekatan ini diharapkan dapat memberi nilai tambah atau sinergi tersendiri karena pada hakikatnya kedua paradigma mempunyai keunggulan-keunggulan.
Dalam penelitian kuantitatif/positivistic, yang dilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu gejala itu dapat diklasifikasikan, den hubungan gejala bersifat kausal (sebab akibat), maka peneliti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan kepada beberapa variabel saja.
X
Y
r
Pola hubungan antara variabel yang akan diteliti tersebut selanjutnya disebut paradigma penelitian. Jadi paradigma dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisa statistik yang akan digunakan. Berdasarkan hal ini maka bentuk-bentuk paradigma atau model penelitian kuantitatif khususnya untuk penelitian survey seperti gambar berikut:

a.  Paradigma Sederhana
Paradigma sederhana ini terdiri atas satu variabel independen dan dependen. Hal ini dapat digambarkan seperti:
                                            


X: Kualitas Guru                           Y: Pretasi Belajar Murid
Berdasarkan paradigm tersebut, maka dapat ditentukan:
1)  Jumlah rumusan masalah deskriptif ada dua, dan asosiatif ada satu yaitu:
  Rumusan masalah deskriptif (dua)
Bagaimana X? (Kualitas guru)
Bagaimana Y? (Prestasi belajar murid)
  Rumusan masalah asosiatif/hubungan (satu)
Bagaimanakah hubungan atau pengaruh kualitas alat dengan kualitas barang yang dihasilkan.
2)  Teori yang digunakan ada dua, yaitu teori  tentang media pendidikan dan prestasi belajar.
3)  Hipotesis dirumuskan ada dua macam hipotesis deskriptif dan hipotesis asosiatif (hipotesis deskriptif sering tidak dirumuskan).
  Dua hipotesis deskriptif: (jarang dirumuskan dalam penelitian)
Kualitas media yang digunakan oleh lembaga pendidikan tersebut telah mencapai  70% baik
Prestasi belajar siswa lembaga pendidikan tersebut telah mencapai 99% dari yang diharapkan
    Hipotesis asosiatif: Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas media pendidikan ditingkatkan, maka prestasi belajar murid akan meningkat pada gradasi yang tinggi (kata signifikan hanya digunakan apabila hasil uji hipotesis akan digeneralisasikan ke populasi di mana sampel tersebut diambil)
4)  Teknik analisis Data
Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis tersebut, maka dapat dengan mudah ditentukan teknik statistic yang digunakan untuk analisis data dan menguji hipotesis.
    Untuk dua hipotesis deskriptif, bila datanya berbentuk interval dan ratio, maka pengujian hipotesis menggunakan t-test one sampel.
    Untuk hipotesis asosiatif, bila data ke dua variabel berbentuk interval atau ratio, maka menggunakan teknik Statistik Korelasi Product Moment (lihat pedoman umum memilih teknik statistic untuk pengujian hipotesis).
b.  Paradigma Sederhana Berurutan
Dalam paradigma ini terdapat lebih dari dua variabel, tetapi hubungannya masih sederhana. Lihat gambar.

X1
X2
X3
Y
 



X1 = kualitas input
X2 = kualitas proses
X3 = kualitas output
Y   = kualitas outcome
Paradigma sederhana menunjukkan hubungan antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen secara berurutan. Untuk mencari hubungan antar variabel (X1 dengan X2; X2 dengan X3; X3 dengan Y) tersebut digunakan teknik korelasi sederhana. Naik turun harga Y dapat diprediksi melalui persamaan regresi Y atau X3, dengan persamaan Y = a + bX3. Berdasarkan contoh 1 tersebut , dapat dihitung jumlah rumusan masalah, deskriptif dan asosiatif.

c.  Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen
Dalam paradigm ini terdapat dua variabel independen dan satu dependen. Dalam paradigma ini terdapat tiga rumusan masalah deskriptif, dan empat rumusan masalah asosiatif (tiga  korelasi sederhana dan satu korelasi ganda). Perhatikan gambar.
X1
X2
Y
r1
R
r2
r3
 





X1 = Kompetensi Guru;
X2 = Lingkungan sekolah;
Y   = Prestasi belajar murid;
Paradigma ganda dengan dua variabel independen X1 dan X2, dan satu variabel dependen Y. Untuk mencari hubungan X1 dangan Y dan X2 dengan Y, menggunakan teknik korelasi sederhana. Untuk mencari hubungan X1 dengan X2 secara bersama-sama terhadap Y menggunakan korelasi ganda.
d. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Dependen

Y1
Y2
X1
r1
r2
 






X   = tingkat pendidikan;
Y1 = karir di tempat kerja;
Y2   = disiplin kerja

Paradigma ganda dengan satu variabel independen dan dua dependen. Untuk mencari besarnya hubungan antara X dan Y1, dan X dengan Y2 digunakan teknik korelasi sederhana. Demikian juga untuk Y1 dengan Y2. Analisis regresi juga dapat digunakan di sini.

C.  KESIMPULAN

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2011).
Berdasarkan hubungannya variabel dibagi menjadi enam yaitu variabel dependen atau variabel tidak bebas Variabel Independen atau variabel bebas, variabel intervening, variabel moderator, variabel control,  variabel acak atau random.  Sedangkan korelasi antar Variabel, ada 3 yaitu : korelasi simetris, korelasi asimatris, korelasi timbal balik dan
Yang tidak kalah penting dalam bagian ini adalah paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian.
Paradigma terdiri dari paradigma sederhana, paradigma sederhana berurutan, paradigma ganda dengan dua variabel independen, dan paradigma ganda dengan dua variabel dependen.
Jadi memang bagi seorang peneliti,  variabel sangatlah penting, kerena bagaimanapun keberhasilan penelitian seseorang ditentukan oleh pemilihan variabel yang tepat bagi penelitiannya.



DAFTAR PUSTAKA

Ahmad W. Pratiknya. Dasar-Dasar Metodologi PenelitianKedokteran dan Kesehatan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 2011.
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010.
Sogiyono. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung, 2011.
___________. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2011.
Susan Stainback; William Stainback; Understanding & Conducting Qualitative Research; Kendall/Hunt Publishing Company; Dubuque, Iowa; 1988.
Sutrisno Hadi.  Metodologi Research, Jilid 1, 2, UGM, 1986.
_______________, Statistik, Jilid 2, 3, UGM, 1986.



[1] Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010). hal. 59
[2] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011). hal. 38
[3] Ibid. Hal 38

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More